LINGKARAN TERAKHIRKU : TAWA PERTAMAMU (2)



“Eh fares, iya aku juga di ruangan ini, kamu ikut materi apa ?” tanya dieniar.

“Kalo aku di ruangan ini, pasti kita di materi yang sama, Hahahaha…” kata ku menjawab pertanyaanya.

“Oh iya ya, hahahaha yaudah lanjut belajar yuk” kata dieniar sambil memasang senyum tipis di bibir indahnya.

Ah, tawanya yang renyah cukup bahkan lebih dari cukup untuk sejenak menghilangkan penat di kepala ini.
Entah kenapa, semua materi yang ku dengarkan hari ini tak dapat ku cerna, apa karena penat? Atau mungkin karena senyumnya?.
Jam menunjukkan pukul 13.30, sudah waktunya pulang.

“Assalamualaikum” kata ku.
“Waalaikumsalam, tumben udah pulang mas? Gimana pembinaannya?” Tanya Mama.

Ya, aku jarang sekali pulang tepat waktu, biasanya aku masih bermain playstation di tempat rental dekat sekolah.

“Iya  ma, lagi gak ada mood main PS. Papa mana? ” kataku.
“Papa lagi ada job, sholat dhuhur dulu gih, terus maem” kata Mama.

Aku berjalan ke kamar dengan gontai, mengingat sore nanti aku masih harus pergi ke rumah Agung untuk mengerjakan tugas kelompok yang di berikan Guru ku tadi pagi. Ahh, badan ini terasa sangat lelah, jika saja tidak ada kerja kelompok, mungkin saat ini aku sudah berada di alam mimpi, ohiya hampir saja lupa untuk sholat.


Sorenya, aku berangkat menuju rumah Agung untuk kerja kelompok. Kami berdua di kenal murid paling rajin di sekolah ini. Sempat aku bepikir, jika kami berdua murid paling rajin di sekolah ini, bagaimana dengan murid biasa ? aku sebenarnya sangat malas untuk mengikuti pelajaran, hanya saja setiap aku berpikir untuk tidak masuk sekolah, aku teringat perjuangan orang tuaku demi menyekolahkan ku. Tak butuh waktu lama untuk mengerjakan tugas itu, materi itu sudah kami dapatkan di pembinaan, ohiya aku hampir lupa mengatakannya, Agung juga siswa yang ikut pembinaan materi di sekolah ku ini.

Aku pulang dengan berjalan kaki, karena jarak dari ku dengan rumah Agung tidak cukup jauh, hanya memakan 15 menit berjalan.
Sesampainya di rumah, ku jatuhkan tas yang kugendong ke atas kasur lalu merebahkan tubuhku di atas benda yang sangat empuk ini, apalagi kalau bukan kasur. Aku terbangun karena silaunya sinar yang memantul dari kaca jendela, sial , aku kesiangan. Aku tertidur dalam posisi yang menurutku ‘nggak banget’ , pantat ku menghadap ke atas dengan kaki yang hampir membentuk huruf “L” dan tangan yang masuk ke dalam celana, absurd.

0 comments :

Post a Comment

Cancel Reply

Hanya blog dengan isi secarit cerita yang masih terkenang dalam ingatan atau mungkin akan terkenang selamanya.